Di penghujung Bulan Maret, Media sosial diramaikan tren Generate AI. Tren ini kemudian memunculkan kembali kritikan dan penolakan keras dari sosok animator dan ilustrator senior terhadap tren tersebut yang mampu membuat Gambar animasi seperti karyanya. Lalu siapakah Hayao Miyazaki?
Hayao Miyuzaki lahir pada 5 Januari 1941 di Tokyo, Jepang. Ia menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Gakhusun University jurusan Ekonomi. Ia memulai pekerjaanya sebagai penulis, animator dan seniman pada tahun 1963 sampai sekarang.
Perjalanan Karir dari Animator pemula sampai menjadi pendiri Studio Ghibli
Dikutip dari Tempo.com, Hayao Miyazaki merupakan salah satu sutradara animasi paling berpengaruh di Jepang sekaligus pendiri studio Ghibli. Setelah menyelesaikan studinya di Gakushin University, Miyazaki memulai karier animatornya pada tahun 1963 di Tei Animation sebagai animator pemula.
Dilansir Tempo.com, Saat berkarier di Tei Animation, Miyazaki bekerja sebagai animator In- Between sebelum akhirnya berkolaborasi dengan sutradara Isao Takahata. Beberapa film terkenal yang melibatkan kontribusinya di Tei antara lain Doggie March dan Gulliver’s Travels Beyond the Moon. Tahun 1971, Miyazaki pindah ke A-Pro, bersama Takahata mereka kemudian turut menyutradarai Lupin the Third Part.
Dikutip dari Tempo.com dan IMBD, Pada tahun 1978, Miyazaki kemudi menyutradarai serial televisi pertama Future Boy Conan. Selanjutnya pada tahun 1979, I menyutradarai film debutnya sebagai sutradara Lupin III : The Castle of Caliostro. Kemudian pada tahun 1984, ia merilis Nausica of the Valley of the Wind, kesuksesan film tersebut yang mendorong pendirian studio Ghibli sebagai studio animasi baru.
Penolakan Keras terhadap Tren Generate AI
Hayao Miyazaki menolak keras tren Generate AI terhadap karya seni. Hal tersebut dianggap oleh Miyazaki sebagai pelanggaran dan pencurian hak cipta milik seniman.
Dilansir dari Purworejo.com, Miyazaki berpendapat bahwa meskipun AI mampu meniru bentuk dan gerakan, teknologi ini tidak bisa menangkap esensi emosi manusia yang ada dalam karya seni.
Sebenarnya penolakan ini bukan saja baru dilakukan oleh Miyazaki, namun sudah sejak lama. Puncaknya pada 2016 silam dianggap sebagai momentum menunjukan sikap paling keras dari penolakannya terhadap AI, saat ia menghadiri presentasi Dwango Artificial Intelligence Laboratory. Presentasi tersebut menampilkan hasil algoritma aneh yaitu animasi tanpa kepala. Mengutip dari Purworejo.com, bukannya merasa tertarik, Miyazaki malah menyatakan keberatan dan mengkritik bahwa pengembang AI tersebut tidak mengerti tentang nilai kehidupan dan seni, mengutip.
Terlepas dari berbagai pernyataan pro-kontra terhadap penolakan keras Hayao Miyazaki, Ada benarnya bahwa nilai suatu karya seni tidak akan pernah tergantikan dengan AI sehebat apapun.
Ditulis oleh: Aisyah Wafa Hanadiya