Demonstrasi mahasiswa sering kali menjadi cerminan suara masyarakat yang terpinggirkan dari meja pengambilan keputusan. Dalam berbagai momentum, gerakan mahasiswa tak hanya hadir sebagai simbol protes, tapi juga sebagai pengingat bahwa kebijakan publik tidak boleh lepas dari kepentingan rakyat.
Salah satu contoh mencolok adalah aksi ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta yang memadati kawasan Gedung DPR/MPR. Dengan semangat kolektif dan tuntutan yang tegas, mereka menyuarakan penolakan terhadap rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi—isu yang selalu sensitif dan menyentuh langsung kehidupan masyarakat bawah. Aksi yang awalnya berlangsung damai berubah menjadi ricuh ketika mahasiswa mencoba masuk ke kompleks parlemen, hingga akhirnya pecah bentrokan dengan aparat keamanan.
Demonstrasi yang diadakan oleh ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta pada Kamis (27/3) berakhir dengan bentrokan antara massa dan aparat keamanan di depan Gedung DPR/MPR, Senayan. Aksi yang awalnya damai sejak pukul 10. 00 WIB ini berubah menjadi kericuhan sekitar pukul 15. 30 WIB ketika mahasiswa berusaha menerobos masuk ke kompleks parlemen.
Koordinator Aksi Mahasiswa, Dimas Prakoso dari BEM SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia), menyampaikan bahwa demonstrasi ini merupakan penolakan terhadap rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi yang akan mulai diberlakukan pada awal April mendatang. “Kenaikan harga BBM di tengah harga bahan pokok yang masih tinggi hanya akan semakin memberatkan masyarakat. Kami mendesak pemerintah untuk membatalkan rencana ini dan mencari solusi lain yang tidak membebani rakyat,” tegas Dimas di tengah aksi sebelum kericuhan pecah.
Menurut pantauan di lapangan, bentrokan terjadi setelah negosiasi antara perwakilan mahasiswa dan anggota DPR terhenti. Beberapa mahasiswa mulai merangsek ke pagar DPR dan melempari petugas dengan botol air mineral serta batu. Sebagai respons, aparat keamanan yang terdiri dari ribuan personel gabungan Polri dan TNI mengeluarkan gas air mata.
Kombes Pol. Gatot Replianto, Kabid Humas Polda Metro Jaya, dalam konferensi pers singkat menyatakan, “Setidaknya 23 mahasiswa dan 15 aparat keamanan terluka dan langsung mendapatkan perawatan medis. “
Menteri ESDM, Bayu Aditya, yang sedang berada di Bali untuk menghadiri KTT Energi ASEAN, menjelaskan melalui keterangan tertulis bahwa kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi adalah langkah yang tak dapat dihindari.
“Dengan defisit anggaran yang semakin membesar dan lonjakan harga minyak dunia, pemerintah terpaksa melakukan penyesuaian. Namun, kami telah menyiapkan program bantalan sosial senilai total Rp 42 triliun untuk melindungi masyarakat prasejahtera,” tulis Bayu.
Sementara itu, Dr. Tauhid Ahmad, pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), mengungkapkan keraguannya terhadap waktu kenaikan harga BBM. “Menaikkan harga BBM di tengah inflasi yang masih tidak terkendali dan daya beli yang belum pulih pasca pandemi adalah kebijakan berisiko tinggi. Potensi gejolak sosial dan ekonomi perlu diantisipasi dengan serius,” ungkap Tauhid saat dihubungi melalui telepon.
Ketua DPR RI, Puan Maharani, dalam pernyataan resminya menyatakan bahwa DPR akan segera menggelar rapat dengar pendapat dengan pemerintah pada Senin (31/3) untuk membahas rencana kenaikan harga BBM. “DPR akan mengawal aspirasi rakyat. Kami akan meminta penjelasan komprehensif dari pemerintah dan memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat luas,” tegas Puan.
Hingga berita ini diturunkan pada pukul 21. 00 WIB, situasi di sekitar gedung DPR telah mulai kondusif. Namun, ratusan mahasiswa masih bertahan di sekitar lokasi dan menyatakan akan melanjutkan aksi mereka pada hari berikutnya.
Penulis: M. Anang Alief Al Ikhsan Setiawan
