Perang Dagang Memanas, Indonesia Tegaskan Komitmen Bebas Aktif dalam Kesepakatan Mineral dengan AS

SAPANESIA ID- Di tengah memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, nasib kesepakatan strategis Indonesia dengan AS terkait mineral kritis pun ikut menjadi sorotan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa Indonesia tetap berpegang teguh pada prinsip politik luar negeri bebas aktif, dan membuka peluang kerja sama dengan negara manapun selama menguntungkan kedua belah pihak.

“Kita ini mengandung asas politik dan ekonomi bebas aktif. Siapa saja yang ingin kerja sama dengan Indonesia, monggo, termasuk Amerika, Tiongkok, Arab, hingga Korea,” ungkap Bahlil dalam konferensi pers Global Hydrogen Ecosystem Summit & Exhibition 2025, Selasa (15/4) di Jakarta Convention Center (JCC).

Menanggapi situasi global yang semakin kompleks, Bahlil menegaskan bahwa selama kerja sama memberikan manfaat timbal balik, Indonesia tidak akan menutup pintu. “Selama saling menguntungkan, mereka senang, kita senang, tidak ada masalah,” tegasnya.

Namun, ia juga menilai bahwa perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia merupakan dinamika biasa dalam perekonomian global.

“Jangan dianggap wah banget. Ini biasa saja, dinamika global,” ujar Bahlil saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, pekan lalu (9/4).

Dalam menghadapi tantangan global, pemerintah Indonesia menekankan pentingnya penguatan ekonomi domestik. Salah satunya dengan optimalisasi sektor energi, khususnya meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (lifting migas).

“Arahan Presiden jelas: kita harus memperkuat ekonomi nasional. Berdiri di kaki sendiri. Salah satu keunggulan kita adalah bahan baku—dan hilirisasi adalah solusinya,” kata Bahlil.

Program hilirisasi yang sedang digencarkan diyakini menjadi strategi jangka panjang untuk menciptakan nilai tambah dan kemandirian industri, terutama dalam pengolahan mineral kritis yang menjadi komoditas strategis dalam rantai pasok global.

Ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok telah memengaruhi sentimen pasar global, termasuk harga minyak dunia yang stagnan. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tercatat di angka USD61,53 per barel pada awal pekan ini (14/4), hanya naik tipis 0,05 persen.

Menurut analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, meskipun ada tekanan geopolitik, secara teknikal harga minyak berpotensi bullish selama bertahan di atas level psikologis USD61. Namun, jika terjadi tekanan jual, harga bisa merosot ke USD59.

Konflik dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan respons Tiongkok berupa tarif balasan hingga 125 persen terhadap produk AS memperparah ketidakpastian. Kondisi ini memperburuk ekspektasi pertumbuhan global serta menurunkan permintaan energi.

Sumber:

Previous Article

Keracunan Massal di Klaten, 124 Orang Jadi Korban: Bupati Tetapkan Status KLB

Next Article

Ternyata TKA Tidak Wajib, Mendikdasmen: Supaya Tidak Melanggar HAM

Write a Comment

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Update Artikel Kami

Pure inspiration, zero spam ✨