Pemerintah Kota Semarang kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pengabdi masyarakat dengan memperluas jumlah penerima bisyarah pada Anggaran Perubahan 2025. Program ini menyasar ribuan guru agama, pendidik PAUD, marbot masjid/musala, modin, hingga perawat jenazah yang setiap hari berkontribusi bagi masyarakat.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, menegaskan bahwa kebijakan ini bukan sekadar bantuan finansial, melainkan wujud penghargaan terhadap pengabdian yang sering luput dari perhatian publik. “Guru TPQ yang mengajarkan anak-anak mengaji, pengajar madrasah diniyah, guru sekolah Minggu, pinandita, pendidik Pos PAUD, marbot, modin, hingga perawat jenazah adalah pilar masyarakat yang butuh perhatian dan dukungan nyata,” ujarnya, Kamis (18/9/2025).
Data terbaru menunjukkan adanya peningkatan signifikan jumlah penerima. Penerima bisyarah bidang keagamaan naik dari 4.261 menjadi 5.260 orang. Jumlah pendidik Pos PAUD yang tergabung dalam Himpaudi meningkat dari 100 menjadi 200 orang. Penerima dari kelompok perawat jenazah bertambah dari 600 menjadi 1.000 orang, sementara marbot masjid/musala meningkat dari 531 menjadi 885 orang.
Pemkot Semarang juga menetapkan besaran bisyarah bulanan yang berbeda sesuai kategori penerima. Guru TPQ, Madrasah Diniyah, dan Sekolah Minggu mendapatkan Rp 500.000, pinandita Rp 300.000, pendidik Pos PAUD Rp 500.000, Himpaudi Rp 300.000, modin Rp 1.000.000, dan marbot Rp 300.000 per bulan. Besaran ini diharapkan dapat membantu meringankan beban mereka sekaligus memberikan penghargaan atas jasa dan pengabdian mereka.
Menurut Agustina, tambahan hampir 2.000 penerima baru diharapkan mampu memperkuat semangat dan motivasi para guru agama, tokoh masyarakat, serta tenaga sosial. “Semarang akan menjadi kota yang kuat bukan hanya karena infrastrukturnya, tetapi juga karena masyarakatnya peduli dan harmonis. Melalui bisyarah, kami ingin menunjukkan bahwa Pemkot Semarang berjalan bersama para guru, tokoh agama, pendidik PAUD, marbot, modin, dan perawat jenazah yang setiap hari memberi makna bagi warga,” jelasnya.
Program bisyarah ini juga menjadi bagian dari strategi Pemkot Semarang dalam menjaga ketahanan sosial, menumbuhkan nilai gotong royong, dan memperkuat karakter masyarakat. Dengan pengakuan nyata terhadap pengabdian para tokoh masyarakat, diharapkan rasa kepedulian dan solidaritas antarwarga semakin meningkat, sekaligus menegaskan pentingnya peran setiap individu dalam membangun kota yang inklusif dan harmonis.
Langkah Pemkot Semarang ini menjadi bukti komitmen pemerintah daerah untuk menghargai pengabdian sosial sekaligus mendorong kesejahteraan para pengabdi yang kerap bekerja di belakang layar namun memiliki dampak besar bagi kehidupan masyarakat.