Suryani, S.Pd.I dari MIN 27 Pidie, sebagai seorang guru, saya telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di dalam kelas, menyaksikan berbagai karakter siswa yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang sangat beragam. Di antara mereka, ada siswa yang sangat pintar, namun ada juga yang sering kali berperilaku nakal. Di kelas yang sama, kami juga memiliki seorang siswa dengan kelainan jiwa, yang mengalami tuna netra. Pengalaman ini mengajarkan saya betapa pentingnya belajar tidak hanya dari segi akademis, tetapi juga dari sisi empati dan kebersamaan.
Belajar adalah proses yang tidak mengenal batas. Setiap siswa memiliki cara dan waktu masing-masing dalam menyerap pengetahuan. Ada siswa yang dengan cepat memahami pelajaran, sementara yang lain mungkin membutuhkan waktu lebih lama dan pendekatan yang berbeda. Siswa yang pintar sering kali menjadi contoh yang baik, tetapi tidak jarang ada kalanya mereka merasa frustrasi karena harus berinteraksi dengan teman-temannya yang lebih sulit memahami pelajaran. Di sinilah pentingnya peran saya sebagai guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, di mana semua siswa merasa dihargai dan didukung.
Siswa yang sering nakal, pada pandangan saya, sering kali hanya mencari perhatian atau merasa tidak memiliki tempat di dalam kelas. Dalam beberapa kasus, perilaku nakal mereka bisa jadi merupakan cara mereka untuk mengekspresikan perasaan yang terpendam. Dengan memahami latar belakang dan kondisi mereka, saya berusaha untuk membangun hubungan yang lebih baik. Saya mengajak mereka untuk terlibat aktif dalam diskusi dan kegiatan belajar, menunjukkan bahwa setiap orang memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
Kehadiran siswa tuna netra di dalam kelas menambah nuansa khusus. Dia mengajarkan kami tentang ketekunan dan semangat juang yang luar biasa. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, dia tidak pernah menyerah untuk belajar dan berusaha sekuat tenaga. Melihat dedikasinya, siswa lain pun terinspirasi untuk lebih menghargai proses belajar mereka. Mereka belajar bahwa tidak semua orang memiliki kemudahan yang sama, dan ini menciptakan rasa empati yang mendalam di antara mereka.
Dalam setiap pelajaran, saya selalu menekankan bahwa belajar bukan hanya tentang mendapatkan nilai bagus atau mencapai prestasi. Lebih dari itu, belajar adalah proses untuk memahami dan menghargai keberagaman yang ada di sekitar kita. Saya mengajak siswa-siswa saya untuk tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga untuk saling mendukung dan membantu teman-teman mereka yang mungkin membutuhkan perhatian ekstra.
Melalui pengalaman ini, saya berharap para siswa mengerti bahwa ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk berkontribusi dalam masyarakat yang lebih luas. Belajar adalah perjalanan seumur hidup, dan setiap individu, terlepas dari latar belakang atau kemampuan, memiliki peran penting dalam menciptakan dunia yang lebih baik.
Author: Yasmin Sindoro Salsabila