Pasar modal Indonesia dikejutkan oleh anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang turun lebih dari 6% dalam satu hari, terburuk sejak pandemi. Bursa Efek Indonesia (BEI) pun harus menghentikan sementara perdagangan guna mengendalikan kepanikan di kalangan investor. Kejatuhan ini terjadi pada Selasa, 18 Maret 2025, ketika IHSG mengalami tekanan jual besar-besaran, memicu reaksi cepat dari pelaku pasar.
Penyebab melemahnya IHSG berasal dari faktor eksternal dan domestik. Di tingkat global, kebijakan ekonomi Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik di Asia Timur membuat investor menarik modal dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Sementara itu, di dalam negeri, ketidakpastian politik menjelang Pemilu 2025 semakin membebani kepercayaan investor. Maximilianus Nicodemus, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, mengungkapkan bahwa aksi jual oleh investor asing memperparah tekanan di pasar, menyeret IHSG ke titik terendahnya dalam satu tahun terakhir.
BEI menghentikan perdagangan pada pukul 11.19 WIB setelah indeks anjlok hingga 6.146,91. Langkah ini bertujuan untuk meredakan kepanikan dan memberi waktu bagi investor untuk mengevaluasi strategi mereka. Namun, setelah perdagangan kembali dibuka, tekanan jual masih berlanjut hingga penutupan. IHSG akhirnya berakhir di level 6.076,08, mencatatkan koreksi sebesar 6,12%.
Merespons kondisi ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat dan tidak ada rencana perubahan kabinet, terutama di posisi Menteri Keuangan. Ia memastikan bahwa kebijakan ekonomi akan tetap dijalankan sesuai rencana. Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Energi Nasional (DEN), Marie Elka Pangestu, menekankan bahwa pemerintah memiliki langkah-langkah yang cukup untuk menjaga keseimbangan pasar.
Dampak penurunan IHSG juga mulai dirasakan di berbagai sektor ekonomi. Beberapa perusahaan keuangan mulai mempertimbangkan langkah antisipatif untuk menghadapi potensi tekanan berkepanjangan, termasuk kemungkinan peningkatan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Jika gejolak ini tidak segera mereda, para ekonom memperingatkan bahwa kepercayaan investor dapat terus melemah dan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.
Meski demikian, ada tanda-tanda pemulihan. Pada Rabu, 19 Maret 2025, IHSG menguat sebesar 1,42%, diikuti kenaikan lebih lanjut sebesar 1,11% pada Kamis, 20 Maret 2025. Kendati demikian, para analis tetap mengingatkan bahwa pasar masih sangat fluktuatif, dan ketidakpastian politik maupun tekanan eksternal bisa kembali memicu guncangan dalam beberapa pekan mendatang. Investor disarankan untuk tetap waspada dalam mengambil keputusan investasi.
Ditulis oleh: Asri Nur Mahdia Devi