Ramai, Ini Meriahnya Ramadhan di Gerbang Belakang Kampus UNS

Bila berkaca pada budaya Indonesia, terlebih umat Muslim, maka masa bulan Ramadhan adalah masa yang paling ditunggu-tunggu. Pengalaman bersama di saat masa puasa adalah satu hal yang spesial di benak khalayak umum. Ketika rasa lapar dan haus yang dijalani, terbayarkan dengan rasa puas setelah berbuka akan jadi hal yang diingat senantiasa oleh orang-orang. Terlebih untuk para kaum mahasiswa.

Sebagai salah satu universitas negeri di Surakarta, keberadaannya akan sangat menarik perhatian banyak pengusaha kuliner. Harus diakui, sepanjang Jalan Ki Hajar Dewantara, lanjut hingga ke Jalan Kartika adalah jalanan terpadat saat jam  pulang kerja. Lokasi yang identik dengan area kos ini tentu menjadikannya strategis dan menjadi pusat aktivitas masyarakat. Sedari awal berkuliah, penulis memang menyadari keramaian di daerah gerbang belakang UNS tidak akan pernah surut. 

Sama halnya dengan yang akan terjadi sepanjang bulan Ramadhan nantinya. Sejak hari Sabtu tanggal 1 Maret lalu, masyarakat menyadari bahwa area gerbang belakang UNS kian padat. Bagaimana tidak? Pasalnya, ada banyak jajaran stan yang dibuka untuk memudahkan kaum yang berpuasa mencari makanan baik saat sahur maupun berbuka. Setiap ruas jalanan kecil setidaknya menyediakan satu permata tersembunyi yang dapat memuaskan lidah seseorang, atau memberi dorongan semangat untuk menjalani puasa. 

Sudah menjadi hal yang umum bahwa makanan adalah satu hal yang teramat dicari oleh para mahasiswa. Selain karena keinginan untuk ikutan tren “Hunting Takjil”, tidak sedikit juga yang sudah kelelahan dan kelaparan selepas menjalani hari. Keberadaan banyak stan selama Ramadhan ini tentu memudahkan mereka yang sudah seharian berkegiatan. 

“Apa lagi yang organisasi, pasti kan mereka carinya yang cepet.” Ujar Alvin, mahasiswa program studi Sains Data UNS.

Seorang penjual gembukan atau galundeng bernama Alex juga menyatakan bahwa masa Ramadhan ini sangat menguntungkan baginya. Dirinya semula hanya berjualan di jam pagi, tujuannya memang untuk menyediakan jajanan ringan untuk sarapan atau teman minum kopi. Namun setelah beberapa hari membuka kiosnya sebelum waktu berbuka, dia mampu merasakan peningkatan margin yang lebih tinggi. Pria asal Purwodadi tersebut selalu menantikan masa Ramadhan karena meningkatkan efektifitas kinerjanya. Semula dirinya hanya bekerja di pagi hari, namun dagangannya akan diminati kembali untuk makanan pembuka saat berbuka puasa.

“Kalo saya sih senang saja ya mas, toh orang jadi bisa cari makan, jadi bisa cari rezeki juga.” Sambung Alex penjual gembukan saat diwawancarai. 

Semarak Ramadhan di gerbang belakang UNS bukan sekadar tentang berburu takjil atau hiruk-pikuk pedagang dan pembeli. Lebih dari itu, momen ini menjadi cerminan dari kehidupan sosial mahasiswa, pedagang, dan masyarakat sekitar yang saling berinteraksi dalam suasana penuh keberkahan.

Ditulis oleh: Re Pedro Ezarrio

Previous Article

Kian Canggih, Google Luncurkan Inovasi Koneksi Berbasis Cahaya

Next Article

Belajar Mendalam, Langkah Awal Menuju Indonesia Emas

Write a Comment

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Update Artikel Kami

Pure inspiration, zero spam ✨