Arman Berkat C. Waruwu berbagi pengetahuannya seputar dunia pendidikan dalam sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Dahlan Teacher bertema “Strategi Meningkatkan Literasi dan Numerasi Melalui Optimalisasi 8 Dimensi Profil Lulusan Pembelajaran Mendalam”.
Dalam webinar yang diselenggarakan pada 9 Maret 2025 ini, Arman menjelaskan bahwa literasi adalah sebuah keterampilan atau kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis, sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
“Literasi bukan hanya sekadar menyodorkan kepada anak murid kita, nih bacaan silahkan baca. Terus dari bacaan yang kamu lakukan, apa yang kamu pahami. Bisa saja dia hanya mengulang atau menghafal”, tegasnya.
Lebih jauh, kemampuan literasi menuntut siswa untuk menganalisis secara kritis suatu informasi yang didapatkan dari proses membaca. Tujuan akhirnya siswa dapat berpikir kritis dalam menghadapi masalah dan mampu mengambil keputusan untuk memecahkan masalah tersebut.
Sedangkan numerasi adalah kemampuan untuk menerapkan pemahaman dan penafsiran mengenai konsep dan informasi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Jadi mengaitkan antara teori dengan realitas yang terjadi sebagai upaya memecahkan masalah sehari-hari.
Literasi dan numerasi tidak hanya berlaku untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dan matematika, tapi dapat diintegrasikan di semua mata pelajaran. Karena tujuan utamanya adalah siswa dapat memecahkan masalah dan mengambil keputusan berdasarkan data dan angka.
“Kita (guru) berfokus pada tujuan akhirnya bagaimana kemampuan berpikir murid dapat dilatih lewat pembelajaran”, lanjutnya.
Berdasarkan hasil survei PISA Indonesia tahun 2022, kemampuan membaca, matematika, dan sains siswa Indonesia rata-rata berada pada level dasar. Siswa hanya mampu memahami informasi secara eksplisit, namun kesulitan untuk menarik kesimpulan.
Mengingat rendahnya kemampuan siswa, upaya meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi menjadi sangat penting, kaitannya dengan bonus demografi 2035 dan visi Indonesia Emas 2045.
Di sinilah peran guru sangat diperlukan sebagai fasilitator. Di mana tantangan modern menuntut siswa untuk memiliki keterampilan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif, bukan hanya hafalan teori belaka. Guru harus memberikan pembelajaran yang dapat mendorong penerapan konsep dalam kehidupan nyata untuk menciptakan solusi inovatif. Dengan demikian, siswa memiliki bekal keterampilan untuk menghadapi kemajuan abad ke-21 sebagai seorang pemimpin masa depan.
Ditulis oleh: Umi Pryatin Dwi RN