Di tengah gempuran masalah sampah plastik yang kian menggunung, sebuah desa kecil di Purbalingga, Jawa Tengah, menemukan secercah harapan. Desa Kutasari, dengan inovasi cerdasnya berhasil mengubah sampah plastik yang semula momok menakutkan menjadi sumber energi alternatif yang menjanjikan. Kisah sukses ini bermula dari keresahan warga akan tumpukan sampah plastik yang tak kunjung usai, hingga akhirnya memicu ide brilian untuk memanfaatkan teknologi pirolisis.
Inovasi ini pertama kali dilakukan di Desa Kutasari, Kabupaten Purbalingga, di mana masyarakat mulai memanfaatkan teknologi pirolisis untuk mengolah sampah plastik. Amperato, Kepala Desa Kuasari, mengungkapkan bahwa ide ini lahir dari keresahan warga terhadap masalah sampah plastik yang terus menumpuk.
“Kami menyadari bahwa sampah plastik ini bisa menjadi sumber daya yang bermanfaat jika dikelola dengan baik. Maka, kami mencoba menerapkan teknologi pirolisis untuk mengubahnya menjadi bahan bakar yang dapat digunakan untuk pertanian dan transportasi desa,” ujarnya.
Proses ini menggunakan mesin pirolisis, yang memanaskan plastik hingga suhu 300-400 derajat Celsius tanpa oksigen. Plastik yang dipanaskan akan meleleh dan berubah menjadi gas, yang kemudian didinginkan dan dikondensasikan menjadi minyak pirolisis. Minyak ini kemudian disuling lebih lanjut untuk menghasilkan bahan bakar seperti solar, bensin, dan minyak tanah.
Menurut Budi Trisno Aji, inovator teknologi pirolisis, metode ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga efisien. “Dengan 1 kg sampah plastik, kita bisa mendapatkan sekitar 1 liter bahan bakar. Ini solusi yang baik untuk mengatasi limbah plastik yang selama ini sulit terurai di alam,” jelasnya.
Keberhasilan desa ini dalam mengelola sampah plastik menjadi bahan bakar pertama kali viral di TikTok dan Instagram. Sebuah video yang menampilkan proses pengolahan sampah plastik menjadi bensin dan solar diunggah oleh seorang pengguna TikTok, @InovasiDesaJateng, dan langsung mendapat jutaan tayangan dalam waktu singkat.
Banyak netizen yang terpukau dengan inovasi ini dan memberikan komentar positif seperti pada akun @Rizky_eco yang menuliskan “Keren banget! Harusnya diterapkan di seluruh desa biar sampah plastik nggak numpuk!”. @NadiaGreen “Bisa jadi solusi buat krisis energi! Semoga makin banyak desa yang ikut program ini.”. @AndriMotor “BBM dari plastik? Kalau kualitasnya bagus, kenapa tidak?”
Tak hanya netizen, media nasional pun mulai menyoroti inovasi ini. Stasiun TV dan portal berita besar seperti Kompas, Detik, dan CNN Indonesia mulai meliput langsung ke desa Kutasari untuk melihat proses pengolahan ini secara langsung. Melihat potensi besar dari inovasi ini, Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, menyatakan dukungannya dan berharap lebih banyak desa menerapkan sistem ini.
Menurut Dr. Rudi Hartanto, pakar lingkungan dari Universitas Diponegoro, teknologi ini memiliki potensi besar jika diterapkan secara luas.
“Teknologi pirolisis sebenarnya bukan hal baru, tetapi keberhasilan desa ini dalam menerapkannya adalah langkah maju. Tantangannya adalah bagaimana membuat teknologi ini lebih terjangkau dan lebih efisien dalam jangka panjang,” jelasnya.
Ditulis oleh: Maylani Cintya Putri