Filet Ikan Hiu Berujung Bencana, Belasan Murid SD di Ketapang Masuk RS Usai Makan MBG

Suasana belajar di SDN 12 Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, mendadak berubah menjadi panik pada Rabu (24/9/2025) pagi. Sebanyak 16 murid dan seorang guru jatuh sakit setelah menyantap makanan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diberikan di sekolah. Hari itu, menu yang disajikan terdiri dari filet ikan hiu saus tomat, sayuran kol dan wortel, tahu goreng, serta buah melon.

Makanan mulai dibagikan sekitar pukul 09.30 WIB. Namun, tak lama kemudian, sejumlah murid mengeluhkan gejala mual, pusing, dan muntah-muntah. Tak hanya murid, seorang guru yang ikut menyantap menu tersebut juga mengalami keluhan serupa. Situasi semakin memprihatinkan ketika beberapa siswa terlihat lemas hingga sesak napas, menimbulkan kepanikan di lingkungan sekolah.

Seorang wali murid yang mengevakuasi anaknya menceritakan, “Anak-anak muntah, ada yang lemas sampai sesak. Waktu lihat sayur, ternyata sudah berlendir. Ikan juga berbau menyengat.” Kondisi ini membuat guru dan warga sekitar segera bertindak cepat dengan membawa para korban ke RSUD Agoesdjam Ketapang. Hingga sore hari, belasan siswa masih menjalani perawatan intensif, sementara ruang rumah sakit dipenuhi orang tua yang cemas menanti kabar anak mereka.

Menanggapi insiden ini, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan setempat langsung turun tangan. Petugas segera mengambil sampel makanan untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium guna mengetahui penyebab pasti keracunan. Kepala Dinas Kesehatan Ketapang menegaskan, “Kami fokus pada keselamatan korban. Hasil uji laboratorium akan menentukan penyebab pastinya.”

Insiden ini menambah panjang daftar kasus dugaan keracunan yang berasal dari menu MBG di berbagai daerah. Banyak pihak menilai bahwa program yang seharusnya mendukung gizi anak sekolah justru berpotensi membahayakan jika pengelolaan, distribusi, dan kualitas bahan makanan tidak diawasi dengan ketat.

Selain itu, peristiwa ini memunculkan kritik terkait standar pengolahan makanan dalam program MBG. Orang tua siswa mendesak agar pemerintah daerah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program ini agar kejadian serupa tidak terulang. “Kami berharap kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Program MBG harus benar-benar aman dan layak bagi anak-anak,” ujar seorang orang tua murid.

Kejadian di SDN 12 Benua Kayong menjadi pengingat penting bahwa program gizi anak sekolah memerlukan pengawasan ketat mulai dari pemilihan bahan, pengolahan, hingga distribusi. Keamanan dan kesehatan siswa tetap harus menjadi prioritas utama agar tujuan program—meningkatkan gizi dan kesehatan anak—dapat tercapai tanpa menimbulkan risiko bagi keselamatan mereka.

Previous Article

Mushola SDN 1 Cibodas Nyaris Ambruk, Guru dan Murid Terpaksa Menumpang di SMA Tetangga

Next Article

Guru Honorer Mengamuk! Seleksi PPPK Madrasah di SBB Diduga Sarat Kecurangan

Write a Comment

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Update Artikel Kami

Pure inspiration, zero spam ✨