Saya, Mumun Munawaroh, S.Pd.I, guru di MIS Nurul Huda Gempol, mulai menerapkan pembelajaran deep learning melalui strategi Problem-Based Learning (PBL). Tujuan saya sederhana namun penting: memberi ruang bagi siswa untuk menyelidiki masalah nyata, merumuskan pertanyaan, dan menyimpulkan temuan dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Mengapa PBL untuk Deep Learning
PBL menempatkan masalah kontekstual sebagai pemantik berpikir. Siswa bekerja dalam kelompok kecil, mengumpulkan data, berdiskusi, lalu mempresentasikan solusi. Alur ini membuat mereka tidak sekadar menghafal, tetapi memahami keterkaitan konsep dan melatih penalaran.
Langkah yang Dilakukan
Saya memulai dari isu sederhana yang dekat dengan lingkungan sekolah, menyusun panduan pertanyaan, dan menyiapkan rubrik proses agar setiap siswa tahu target yang harus dicapai. Sesi ditutup dengan refleksi singkat: apa yang sudah dipahami, strategi apa yang efektif, dan apa yang perlu diperbaiki.
Tantangan
Saya menyadari masih kurangnya ilmu tentang deep learning, sehingga perlu terus belajar. Untuk itu, saya memperkaya referensi, berdiskusi dengan rekan sejawat, dan mengevaluasi setiap pertemuan guna memperbaiki desain tugas, alur waktu, dan bentuk asesmen formatif.
Dampak Awal
Perubahan mulai terlihat. Perkembangan kognitif siswa lebih terlatih: mereka mampu mengelompokkan informasi, membandingkan alternatif solusi, serta memberikan alasan yang lebih jelas. Kelas juga menjadi lebih aktif—siswa bertanya, menanggapi, dan berani menyampaikan pendapat.
Rencana Lanjutan
Ke depan, saya akan memperkuat bank masalah kontekstual, memperjelas kriteria keberhasilan melalui rubrik, dan menambah siklus umpan balik cepat di tengah proses. Saya yakin, konsistensi dalam menerapkan PBL akan memperdalam pemahaman, menumbuhkan kemandirian belajar, dan membentuk kebiasaan bernalar yang kuat pada siswa.