Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) terus melaju pesat, memicu persaingan global antara perusahaan-perusahaan besar dunia. Salah satu yang paling menonjol saat ini adalah persaingan antara Deepseek, AI asal Tiongkok dan ChatGPT, AI buatan OpenAI dari Amerika Serikat. Keduanya menawarkan kemampuan menghasilkan teks secara alami, namun hadir dengan pendekatan dan strategi yang berbeda.
Deepseek dikembangkan dengan dukungan penuh dari pemerintah China. Fokusnya adalah pada efisiensi dan optimalisasi penggunaan bahasa Mandarin, dengan target utama pasar dalam negeri sebelum merambah pasar global. Di sisi lain, ChatGPT, yang dikembangkan oleh OpenAI dan didukung Microsoft, lebih dulu hadir di pasar internasional. Popularitasnya melonjak berkat kemampuannya yang fleksibel, mendukung banyak bahasa, dan mudah diakses oleh berbagai kalangan.
Persaingan ini semakin terlihat sejak 2023, ketika Deepseek mulai memperluas jangkauannya di luar China. Sementara ChatGPT telah lebih dulu menguasai pasar global sejak dirilis pada 2022. Perbedaan strategi ini mencerminkan ambisi dua negara besar seperti China dan Amerika Serikat untuk memimpin dalam pengembangan teknologi AI.
Persaingan Deepseek dan ChatGPT bukan hanya soal fitur, tetapi juga mencerminkan pertarungan geopolitik dan ideologi dalam dunia digital. Deepseek dipandang mewakili pendekatan negara-sentris, sementara ChatGPT membawa model terbuka berbasis perusahaan swasta. Keduanya sama-sama menghadapi tantangan seperti isu privasi, keamanan data, dan potensi penyalahgunaan teknologi.
Pada akhirnya, baik Deepseek maupun ChatGPT menawarkan keunggulan masing-masing. Pilihan pengguna akan bergantung pada kebutuhan, bahasa, dan nilai yang diyakini. Yang terpenting, perkembangan AI harus tetap diarahkan pada penggunaan yang bertanggung jawab, etis, dan berdampak positif bagi masyarakat.
Ditulis oleh: Istiqomah