Masih banyak guru honorer di Indonesia yang hidup dengan penghasilan sangat rendah, jauh dari kata layak. Berdasarkan riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) bersama Dompet Dhuafa tahun 2024, sebanyak 74,3 % guru honorer menerima gaji di bawah Rp 2 juta per bulan. Bahkan 20,5 % di antaranya memperoleh kurang dari Rp 500 ribu per bulan.
Beban Profesi yang Tak Seimbang dengan Gaji
Menjadi guru bukan hanya soal mengajar di dalam kelas. Guru honorer kerap juga harus menyiapkan materi, menilai tugas, mendampingi siswa secara emosional, dan terlibat dalam kegiatan sekolah di luar jam mengajar. Namun ketika bicara soal slip gaji, realitanya sering mengecewakan: angka yang jauh dari cukup untuk menutup kebutuhan hidup, apalagi di kota besar.
Ketimpangan gaji juga memunculkan masalah struktural di dunia pendidikan. Guru-guru yang kompeten terpaksa mengambil pekerjaan sampingan untuk bertahan hidup, sehingga fokus mereka terbagi. Sementara itu, sekolah swasta atau elit mungkin mampu menawarkan kompensasi lebih baik, namun tidak semua guru memiliki peluang untuk bekerja di sana.
Faktor-faktor Penyebab
Beberapa faktor utama yang memperparah problem gaji guru kecil antara lain:
- Status honorer: Banyak guru yang kompeten tetap berada pada status non-ASN (honorer) karena persaingan ketat dan keterbatasan slot pengangkatan.
- Distribusi anggaran pendidikan yang tidak merata: Meski total anggaran pendidikan nasional meningkat, alokasinya belum selalu sampai ke daerah-daerah dengan adil.
- Kebijakan sekolah dan daerah: Beberapa daerah dapat memberikan insentif lebih baik, tetapi banyak pula daerah yang belum mampu.
- Rendahnya apresiasi terhadap profesi guru: Guru kadang masih dianggap “biasa saja”, bukan sebagai profesi strategis yang harus dihargai lebih.
Dampak dan Harapan
Gaji kecil jelas berdampak pada motivasi kerja. Walau banyak guru tetap berdedikasi, tidak dapat diabaikan bahwa kebutuhan dasar yang tak terpenuhi dapat mengikis semangat dan kualitas pengajaran. Jika kesejahteraan guru terus diabaikan, bagaimana kita dapat berharap generasi penerus mendapat pendidikan berkualitas?
Namun, masih ada harapan. Pemerintah bisa memperjelas status guru honorer, memberikan jalur pengangkatan, dan meningkatkan alokasi anggaran pendidikan secara adil. Sekolah juga dapat berupaya memberi insentif tambahan sesuai kemampuan. Di sisi lain, guru sendiri dapat terus meningkatkan kompetensi agar memiliki daya tawar lebih baik.
Masalah gaji guru kecil bukan sekadar persoalan personal, melainkan persoalan sistemik yang menyentuh masa depan pendidikan bangsa. Jika guru terus dihargai dengan gaji yang tak mencukupi, bukan hanya mereka yang menderita — pendidikan negeri ini pun ikut dirugikan.
Sumber:
Gaji Guru Kecil: Realita, Tantangan, dan Harapan yang Sering Terlupakan