Kota Batam tengah menghadapi tantangan serius dalam sektor pendidikan, yakni kekurangan guru meski ada sejumlah kebijakan baru yang diterapkan oleh pemerintah. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah baru saja menerbitkan Permendikdasmen Nomor 11 Tahun 2025, yang menetapkan jam kerja guru menjadi 37 jam 30 menit per minggu. Kebijakan ini naik dari standar minimal sebelumnya, yakni 24 jam tatap muka per minggu. Namun, meski jam kerja guru bertambah, masalah kekurangan guru tetap menjadi persoalan utama yang mengancam kualitas layanan pendidikan di Batam.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Batam, Surya Makmur Nasution, menyebutkan bahwa rekrutmen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tahun ini hanya mencapai 600-700 orang. Sebagian besar dari mereka merupakan perubahan status tenaga honorer lama, sehingga tidak menambah jumlah guru baru secara signifikan. Padahal, kekurangan guru di Batam diperkirakan mencapai sekitar 700 orang, terutama di tingkat SMP.
Surya menegaskan bahwa target ideal Kota Batam hingga 2030 adalah memiliki sekitar 1.500 guru, agar rasio guru terhadap siswa dapat mencapai 10 persen. Untuk itu, DPRD dan Badan Kepegawaian Negara (BKN) diminta memperbesar rekrutmen PPPK, dengan prioritas bagi tenaga baru, bukan sekadar mengangkat honorer lama. Ia juga menekankan pentingnya adanya mekanisme diskresi untuk menutup kekosongan guru akibat pensiun atau mutasi, sehingga sekolah tetap dapat melayani siswa secara optimal.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Hendri Arulan, menyampaikan bahwa sekolah menanggulangi kekurangan guru dengan menambah jam mengajar bagi beberapa guru dan menerapkan sistem pembelajaran dua shift. Meski begitu, masalah tidak hanya soal jumlah guru, tetapi juga ketersediaan jam mengajar yang mencukupi, terutama untuk mata pelajaran inti seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika. Contohnya, satu sekolah memiliki dua guru Bahasa Indonesia untuk 60 rombel, atau satu SMP memiliki 10 rombel per tingkat, sehingga total mencapai 30 rombel untuk tiga tingkat.
Kepala SMPN 27 Sagulung, Bobor Hehe Tua, menegaskan bahwa sekolahnya kekurangan tiga guru akibat jumlah rombel yang tinggi. Untuk mengatasi hal ini, kepala sekolah diminta mengatur jadwal agar guru yang mengajar shift sore tetap memiliki waktu istirahat di pagi hari sambil menyiapkan bahan ajar.
Kondisi ini menyoroti tantangan serius dalam pengelolaan tenaga pendidik di Batam, sekaligus mengingatkan pentingnya kebijakan strategis untuk menambah jumlah guru dan memaksimalkan jam mengajar. Upaya tersebut penting agar kualitas pendidikan tidak terganggu, terutama di tengah meningkatnya tuntutan jam kerja guru dan kebutuhan siswa yang terus bertambah.