Kasus dugaan kekerasan di lingkungan sekolah kembali mencuat, kali ini menimpa SMA Negeri Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah. Seorang guru berinisial H menjadi sorotan publik setelah viral karena diduga menginjak tiga siswanya yang tertidur tengkurap di kelas pada akhir Agustus 2025.
Salah satu siswa bahkan mengaku mengalami kesakitan hingga kejang-kejang akibat tindakan tersebut. Kabar ini memicu kemarahan warga Dukuh Sengon, Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo, yang menuntut klarifikasi resmi dari pihak sekolah.
Nanang Wiyono, tokoh masyarakat sekaligus kerabat salah satu korban, menjelaskan bahwa kedatangannya ke sekolah semata untuk mencari kebenaran. “Dari awal jelas, cuma pengen klarifikasi. Dan pengennya bertemu dengan guru yang bersangkutan langsung,” ujarnya, Rabu (24/9/2025).
Pertemuan pun berlangsung antara perwakilan warga, pihak sekolah, dan guru H. Dalam kesempatan tersebut, H mengaku khilaf serta menyampaikan permohonan maaf. “Gurunya itu intinya minta maaf, merasa keliru dan bersalah,” terang Nanang.
Namun, pengakuan guru H dianggap janggal. Nanang menirukan ucapan H, “(Guru H) Bilangnya, nggak tahu, ada setan lewat apa kok saya bisa melakukan seperti itu.” Pernyataan ini menimbulkan tanda tanya di kalangan warga dan menambah kontroversi kasus tersebut.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SMA Negeri Cepogo, Djoko Heriyanto, membenarkan adanya dugaan kekerasan ini. Ia menegaskan bahwa pihak sekolah menyesalkan kejadian tersebut. “Kami memohon maaf atas insiden yang terjadi. Tindakan guru tersebut jelas tidak sesuai kebijakan sekolah,” tegas Djoko.
Djoko menjelaskan kronologi singkat peristiwa itu. Kejadian berlangsung pada Rabu, 27 Agustus 2025. Awalnya, tiga siswa tertidur di kelas. Saat dibangunkan, mereka tidak merespons. Guru H yang mendekati para siswa justru berjalan sambil menginjak tubuh mereka.
Pihak sekolah awalnya mengira persoalan telah selesai setelah siswa kembali bersekolah, meski jaraknya sekitar 40 km dari Solo. Namun, beberapa hari kemudian, warga tetap menuntut pertemuan resmi dan mendesak sekolah bersikap tegas terhadap guru H. Mereka menekankan pentingnya penegakan aturan agar kasus serupa tidak terulang di kemudian hari.
Kasus ini menjadi sorotan penting karena menyinggung perlindungan siswa di lingkungan sekolah, serta menimbulkan pertanyaan soal pengawasan dan mekanisme disiplin bagi guru. Warga berharap sekolah tidak hanya menyampaikan permohonan maaf, tetapi juga mengambil langkah konkret untuk memastikan keselamatan dan hak-hak siswa tetap terjaga.
Insiden di SMA Negeri Cepogo ini sekaligus menjadi pengingat bahwa tindakan kekerasan fisik terhadap siswa harus ditindak tegas dan transparan, demi menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan kondusif bagi seluruh peserta didik.