Uswatun Hasanah, ABM, S.Pd.I dari MIS Mathla’ul Anwar Gunung Baru mengisahkan pengalaman menariknya setelah mempelajari konsep deep learning. Menurutnya, salah satu tantangan terbesar dalam mengajar adalah bagaimana membuat siswa benar-benar aktif. Selama ini, ia sering menjumpai siswa yang hanya diam atau menunggu jawaban dari guru tanpa berusaha mencari sendiri. Hal ini mendorongnya untuk mencari pendekatan berbeda agar siswa merasa lebih terlibat.
Deep learning menurutnya bukan sekadar metode baru, tetapi cara berpikir. Ia mulai menerapkannya dengan memberikan pertanyaan terbuka yang memancing rasa ingin tahu. Misalnya, ketika membahas pelajaran agama, ia tidak langsung memberi tahu hukum suatu ibadah, tetapi mengajak siswa berdiskusi: “Mengapa ibadah itu penting bagi kita? Apa manfaatnya jika kita melaksanakannya dengan benar?” Pertanyaan seperti ini membuat siswa terlibat aktif mencari jawaban.
Selain itu, Uswatun juga menggunakan media pembelajaran yang lebih variatif. Ia memanfaatkan gambar, video pendek, bahkan permainan sederhana untuk menguatkan konsep. Ketika materi terasa berat, ia menyelipkan aktivitas kelompok sehingga siswa dapat saling bertukar pikiran. Cara ini terbukti membuat suasana kelas lebih hidup, karena siswa merasa bebas mengemukakan pendapat.
Ia juga melihat perubahan sikap siswa setelah beberapa kali menerapkan deep learning. Anak-anak yang sebelumnya pasif mulai lebih sering bertanya. Mereka juga lebih berani menyampaikan pandangan meskipun jawabannya belum tentu benar. Menurutnya, hal ini merupakan tanda bahwa siswa mulai merasa nyaman dalam proses belajar.
Tentu, ada kendala yang ia hadapi. Beberapa siswa masih cenderung malas atau tidak mau repot. Untuk mengatasinya, ia menekankan pentingnya memberi tantangan kecil namun bermakna. Misalnya, ia memberikan studi kasus sederhana dan meminta siswa menyelesaikannya dalam kelompok. Dengan begitu, mereka belajar bahwa pengetahuan tidak datang hanya dari guru, melainkan juga dari pengalaman berpikir dan berdiskusi.
Pengalaman ini membuat Uswatun semakin yakin bahwa pembelajaran dengan deep learning dapat menjadikan proses belajar lebih bermakna. Bukan hanya guru yang aktif, tetapi juga siswa yang turut berperan dalam menemukan jawaban. Ia merasa bahwa cara ini membuat kelas lebih menyenangkan sekaligus menumbuhkan sikap kritis dan mandiri pada siswa.