Elisabet Yulus, S.Ag dari SD Inpres Namo membagikan pengalaman berharga ketika pertama kali mengenal konsep pembelajaran mendalam. Awalnya, ia menyadari bahwa tidak semua siswa memahami apa sebenarnya maksud dari pembelajaran mendalam. Sebagian besar anak terbiasa menerima materi secara langsung, menghafal, lalu mengerjakan latihan. Namun, saat diminta berpikir lebih jauh, seperti menjelaskan alasan, membuat hubungan, atau memberi contoh, mereka masih terlihat kebingungan.
Melihat hal itu, Elisabet menyadari perlunya langkah baru. Ia mulai mencoba menjelaskan konsep pembelajaran mendalam dengan cara sederhana. Ia tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga langsung memberikan contoh konkret. Misalnya, ketika membahas topik lingkungan, ia mengajak siswa berdiskusi mengenai sampah plastik. Alih-alih hanya memberi tahu bahwa sampah berbahaya, ia menanyakan pendapat siswa: “Apa yang akan terjadi jika kita terus membuang plastik sembarangan?” Pertanyaan sederhana itu membuat siswa mulai berpikir kritis.
Langkah selanjutnya adalah membuat kegiatan yang dekat dengan keseharian mereka. Elisabet meminta siswa membawa sampah dari rumah, kemudian memilahnya di kelas. Dari aktivitas ini, anak-anak belajar membedakan mana sampah organik dan nonorganik, sekaligus memahami dampak yang ditimbulkan. Melalui pengalaman langsung, siswa lebih mudah memahami pelajaran, bukan hanya menghafal.
Selain praktik, Elisabet juga membiasakan siswa bekerja kelompok. Menurutnya, kerja sama membuat anak lebih berani mengungkapkan ide. Misalnya, dalam diskusi kecil, setiap kelompok diminta membuat poster tentang menjaga kebersihan lingkungan. Hasilnya, siswa terlihat antusias, bahkan ada yang menambahkan gambar dan slogan kreatif. Dari sini terlihat bahwa pembelajaran mendalam mampu mendorong partisipasi aktif.
Namun, ia juga mengakui bahwa proses ini tidak selalu berjalan mulus. Ada siswa yang masih malu berbicara atau belum terbiasa mengutarakan pendapat. Untuk mengatasinya, Elisabet memberi peran sederhana, seperti membacakan hasil diskusi atau menempel poster di papan kelas. Dengan cara ini, perlahan kepercayaan diri mereka tumbuh.
Dari pengalamannya, Elisabet menilai bahwa pembelajaran mendalam membuat kelas lebih hidup. Siswa tidak hanya menerima pengetahuan, tetapi belajar berpikir, bekerja sama, dan menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Ia merasa semakin yakin bahwa dengan kesabaran dan kreativitas, konsep ini bisa diterapkan di sekolah dasar dengan hasil yang baik.