Citra Juniari, S.Pd, guru di SDN 24 Sungai Jernih, mendapatkan pengalaman berharga ketika mengikuti pelatihan yang membahas tentang pemahaman terhadap anak. Menurutnya, memahami karakter dan perilaku anak adalah kunci agar proses pembelajaran berjalan lancar.
Salah satu tantangan yang sering ia hadapi adalah anak-anak yang suka meribut di kelas. Kondisi ini sering kali mengganggu konsentrasi siswa lain dan membuat suasana belajar menjadi kurang kondusif. Namun, setelah mengikuti pelatihan, Citra mulai melihat persoalan ini dari sudut pandang yang berbeda. Ia belajar bahwa perilaku anak yang meribut sebenarnya bisa menjadi sinyal bahwa mereka membutuhkan perhatian, atau justru sedang berusaha mengekspresikan diri dengan cara mereka sendiri.
Melalui pendekatan baru yang lebih positif, Citra mulai mencoba berbagai strategi, seperti memberikan aktivitas yang lebih interaktif, mengajak siswa terlibat dalam diskusi ringan, dan menggunakan media pembelajaran yang menyenangkan. Hasilnya cukup mengejutkan. Perlahan-lahan, anak-anak yang sebelumnya sering ribut justru mulai lebih fokus dan bisa menyalurkan energinya ke hal yang lebih produktif.
Citra menyadari bahwa kunci dari semua perubahan ini adalah kesabaran dan pemahaman yang mendalam. Ia menegaskan bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pendamping yang memahami kondisi emosional siswa. Dengan cara itu, riuh di kelas tidak lagi dianggap sebagai gangguan semata, melainkan kesempatan untuk mengenali anak lebih dekat.
Pengalaman ini membuat Citra semakin optimis. Ia merasa lebih siap menghadapi berbagai dinamika di kelas dan yakin bahwa pembelajaran positif dapat mengubah suasana kelas menjadi lebih harmonis.
Author: Yasmin Sindoro Salsabila