Saya, Yulius Wele Udjan, S.Ag, guru di SMAK St. Fransiskus Asisi Larantuka, saat ini sedang dalam proses penerapan Pembelajaran Mendalam (PM) di kelas. Fokus saya jelas: memacu kreativitas peserta didik melalui pengalaman belajar yang bermakna, menantang, dan dekat dengan realitas mereka.
Mengubah Desain Belajar
PM mendorong saya untuk merancang pembelajaran berbasis masalah dan proyek mini dengan pertanyaan pemantik yang kontekstual. Saya memulai dari isu sederhana yang relevan, memberi ruang eksplorasi ide, dan menutup sesi dengan refleksi singkat. Strategi seperti think–pair–share, galeri karya, dan jurnal proses membantu peserta didik melihat bahwa kreativitas bukan “bakat bawaan”, melainkan keterampilan yang dapat dilatih.
Tantangan di Lapangan
Saya menemukan fakta bahwa ada peserta didik yang kurang kreatif dan kesulitan menyampaikan pendapat. Untuk itu, saya menambahkan penopang belajar: kerangka kalimat (sentence starters) agar mereka berani memulai, peta konsep untuk menata gagasan, serta rubrik kreativitas yang jelas supaya mereka memahami ekspektasi. Diskusi kelompok kecil dan peran bergilir (moderator, pencatat, pelapor) juga saya gunakan untuk membangun keberanian berbicara secara bertahap.
Dampak Awal yang Terlihat
Perubahan mulai terasa. Guru lebih kreatif dalam merancang alur pembelajaran—tidak lagi terpaku pada ceramah satu arah—sementara murid mulai aktif bertanya, menanggapi, dan memberi alasan atas pilihan ide mereka. Kelas menjadi lebih hidup; bahkan siswa yang biasanya pasif mulai terlibat ketika tugas bersifat terbuka dan memberi otonomi pada proses.
Langkah Lanjutan
Ke depan, saya akan memperkuat rutinitas refleksi mingguan, memperkaya tugas autentik lintas mata pelajaran, dan memanfaatkan asesmen formatif untuk memantau perkembangan kreativitas dan komunikasi. Saya percaya konsistensi praktik kecil—pertanyaan yang tepat, umpan balik yang spesifik, dan ruang aman untuk mencoba—akan mempercepat tumbuhnya keberanian dan daya cipta peserta didik.
Mari bersama menyalakan budaya belajar yang kreatif di sekolah: mulai dari satu perubahan desain pembelajaran, satu kesempatan berbicara, dan satu refleksi bermakna setiap pertemuan.