Computational Thinking, Solusi Bagi Siswa yang Malas Berpikir

Guru Karta melakukan webinar nasional pada 15 Maret 2025 melalui Channel Youtube Event Guru ID dengan judul Strategi Integrasi Computational Thinking dan Coding dalam Menciptakan Meaningful Learning. Dalam kegiatan tersebut pemaparan materi dilakukan oleh Lendi Ike Hermawan, S.Pd. yang mana dilakukan selama 60 menit.

Pendidikan di era digital semakin menuntut pengembangan keterampilan abad ke-21, salah satunya adalah computational thinking dan coding. Dalam sebuah sesi pembelajaran interaktif yang diselenggarakan secara daring, para pendidik diajak memahami pentingnya keterampilan ini sebagai fondasi dalam menyiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan.

Computational thinking bukan hanya untuk calon programmer, Ini tentang bagaimana siswa berpikir sistematis, memecahkan masalah, dan mengenali pola di dunia sekitar mereka.” ujar narasumber dalam sesi tersebut. 

Konsep computational thinking mencakup empat pilar utama: decomposition (memecah masalah menjadi bagian kecil), pattern recognition (mengenali pola), abstraction (menyaring informasi yang relevan), dan algorithmic thinking (menyusun langkah logis untuk menyelesaikan masalah). Dengan mengajarkan keterampilan ini, siswa dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, dan mampu menyelesaikan masalah kompleks dengan metode yang terstruktur.

Coding, sebagai bentuk aplikasi dari computational thinking, juga menjadi sorotan dalam sesi ini. Coding bukan sekadar menulis kode komputer, melainkan bahasa komunikasi antara manusia dan teknologi. Melalui coding, siswa belajar bagaimana memberi instruksi yang jelas kepada komputer untuk menyelesaikan tugas tertentu. 

Coding mengajarkan siswa tentang logika, struktur, dan kreativitas. Ini adalah keterampilan yang dibutuhkan di berbagai bidang, bukan hanya dalam teknologi,” tambah narasumber.

Dalam sesi tersebut, peserta juga diperkenalkan pada metode pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dan mindful learning. Melalui metode ini, siswa tidak hanya menghafal konsep, tetapi juga memahami dan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan nyata. Misalnya, dalam pelajaran matematika, siswa diajak mengamati pola di lingkungan sekitar, seperti susunan paving block atau tangga. Dengan cara ini, mereka belajar memahami konsep pola bilangan secara lebih konkret.

Di bidang sejarah, siswa berperan sebagai detektif yang menyusun kronologi peristiwa berdasarkan petunjuk yang diberikan, seperti foto, kutipan saksi mata, dan artikel lama. Pendekatan ini melatih kemampuan analisis dan interpretasi, serta memperkaya pemahaman mereka tentang peristiwa sejarah dengan cara yang menyenangkan dan interaktif.

Tingginya antusiasme peserta terlihat dari partisipasi aktif mereka dalam diskusi dan praktik. Para pendidik mengaku terinspirasi untuk mengintegrasikan computational thinking dan coding ke dalam mata pelajaran yang mereka ajarkan. 

“Pendekatan ini membuka wawasan baru bagi saya. Saya yakin ini akan membuat pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik dan bermakna,” ungkap salah satu peserta.

Transformasi pendidikan melalui computational thinking dan coding diharapkan dapat membekali siswa dengan keterampilan yang relevan di masa depan. Dengan metode pembelajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan pemikiran kritis, sistematis, dan kreatif, pendidikan Indonesia dapat melahirkan generasi yang siap bersaing di tingkat global.

Ditulis oleh: M. Anang Alief Al Ikhsan Setiawan

Previous Article

Talkshow Ramadhan & Buka Bersama PAUD Ceria: Wujud Nyata Kolaborasi untuk Pendidikan Anak Usia Dini

Next Article

Mengajar dengan Hati, Belajar dengan Gembira: Inspirasi dari Seorang Guru SD

Write a Comment

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Update Artikel Kami

Pure inspiration, zero spam ✨