SAPANESIA.ID – Mengenai pasar keuangan, kemenangan Donald Trump dalam Pemilu AS 2024 bisa berpotensi memengaruhi beberapa sektor berdasarkan pengalaman dari periode pemerintahannya sebelumnya (Januari 2017-Januari 2021). Selama masa kepemimpinan Trump, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia cenderung stabil. Berdasarkan data Refinitiv, pada akhir Januari 2017, IHSG tercatat di level 5.294 dan meningkat menjadi 5.862 pada akhir Januari 2021, menunjukkan kenaikan 10,73% dalam kurun waktu empat tahun.
Namun, rupiah menunjukkan pelemahan sekitar 5,04% selama periode tersebut, dari Rp13.347/US$ menjadi Rp14.020/US$. Hal ini beriringan dengan kebijakan ekonomi Trump yang menyebabkan depresiasi Indeks Dolar AS (DXY).
Di sisi lain, ekspor Indonesia ke AS mengalami lonjakan signifikan selama pemerintahan Trump. Ekspor Indonesia ke AS tercatat naik sebesar 15,3%, dari US$ 16,14 miliar pada 2016 menjadi US$ 18,62 miliar pada 2020. Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan dengan masa kepemimpinan Presiden Barack Obama yang mencatatkan kenaikan hanya 8,52% dalam periode yang sama.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan beberapa hal yang perlu diwaspadai jika Trump terpilih kembali menjadi Presiden AS. Di antaranya adalah potensi tekanan terhadap nilai tukar rupiah, risiko terhadap arus modal, serta ketidakpastian di pasar keuangan. Perry mengungkapkan bahwa kemungkinan penguatan dolar AS akan berlanjut, terutama seiring dengan kebijakan penguatan suku bunga acuan bank sentral AS, yaitu Fed Fund Rate.
“Mata uang dolar akan kuat, suku bunga AS akan tetap tinggi, dan tentu saja perang dagang juga masih berlanjut,” ujar Perry dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat, Rabu (6/11/2024).
Sumber :
