Nurliah, S.Pd.,Gr, guru di SD Negeri Ulujangan, merasakan pengalaman baru yang membuka wawasannya setelah mengikuti pelatihan tentang berpikir kritis dalam pembelajaran. Selama ini ia melihat banyak siswa hanya menghafal tanpa benar-benar memahami. Melalui pelatihan, ia belajar bahwa berpikir kritis adalah kunci agar anak lebih aktif, analitis, dan mampu menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari.
Nurliah mulai menerapkan strategi sederhana: mengajukan pertanyaan terbuka. Alih-alih hanya meminta siswa mengulang jawaban dari buku, ia mengajak mereka untuk menganalisis, membandingkan, bahkan mengaitkan pelajaran dengan pengalaman sehari-hari. Awalnya, tidak semua siswa terbiasa. Ada yang masih diam, bingung, atau menunggu jawaban dari teman. Namun perlahan, mereka mulai berani mencoba.
Selain itu, ia juga menggunakan media pembelajaran yang lebih interaktif, seperti gambar, video pendek, dan permainan edukatif. Media ini membantu anak-anak yang biasanya cepat bosan agar tetap fokus. Menurut Nurliah, ketika pembelajaran dikemas lebih kreatif, kelas terasa jauh lebih hidup.
Dampak yang terlihat cukup nyata. Diskusi di kelas semakin ramai dengan pendapat siswa. Anak-anak jadi lebih percaya diri mengemukakan ide, bahkan sering mengajukan pertanyaan balik yang memancing diskusi baru. Bagi Nurliah, momen ini adalah tanda bahwa mereka benar-benar sedang belajar, bukan sekadar menghafal.
Pengalaman ini membuat Nurliah semakin yakin bahwa peran guru bukan hanya mengajar, tetapi juga memfasilitasi siswa agar tumbuh menjadi pemikir kritis. Harapannya, keterampilan ini tidak hanya membantu mereka sukses di sekolah, tetapi juga dalam kehidupan nyata.
Author: Yasmin Sindoro Salsabila